Tidak. Saya cuma ingin jadi dosen. Sebenarnya ingin jadi dosen, tapi memang ada kejadian kecil yang selalu jadi penyemangat ya. Jadi waktu saya masih kecil, masih kelas 2 atau kelas 3 SD gitu, saya sedang jalan-jalan di desa di Jawa Tengah dengan Eyang saya.
Kemudian saya lihat ada petani hanya pakai caping, tidak pakai baju dan hanya pakai celana hitam gitu. Terus saya tanya kenapa dia nggak pakai baju? Terus Eyang saya bilang dia miskin. Kasihan ya dingin dong, nggak pakai baju gitu kan. Terus iya kata Eyang saya.
Saya nanya lagi ke Eyang saya, gimana caranya dia supaya tidak miskin? Nah, pada waktu itu yang saya ingat betul kata-kata Beliau, Beliau mengatakan, ya nanti kamu yang mengusahakan untuk petani itu tidak miskin. Dan itu rasanya seperti doa ya, yang kemudian membuat akhirnya saya jalurnya ke sini.
Sekarang dengan posisi yang baru, bagaimana Bapak membagi waktu antara jadi dosen dengan di Bulog?
Ya karena setelah jadi Dirut Bulog, saya harus sangat mengurangi peran dan tugas saya sebagai dosen, sebagai guru besar di IPB. Ya nanti mudah-mudahan setelah selesai jadi tugas dirut ini, ya mudah-mudahan saya masih bisa kembali lagi ke kampus untuk ngajar lagi.
Nah, sekarang kita ngomongin beras. Di awal tahun 2024 ini, stok beras bagaimana, Pak?
Kalau stoknya Bulog aman ya. Stok Bulog itu sejak awal tahun, sejak pergantian dari 2023 ke 2024 terjaga. Kita selalu berhasil menjaga stok kita lebih dari 1 juta ton sampai dengan hari ini, alhamdulillah kita bisa jaga.
Yang memang sedang menghadapi tantangan adalah kondisi perberasan secara nasional, karena 2 bulan di awal tahun ini, Januari-Februari sebagaimana sudah dilaporkan oleh BPS, oleh berbagai pihak, Indonesia defisit antara 2,7-2,8 juta ton.
Di akhir tahun 2023 itu surplusnya, jadi kita masih surplus 2023 itu sekitar 300-400 ribu ton. Dua bulan ini sudah langsung habis yang surplus tadi dan tentunya masyarakat sudah menggunakan stok yang ada di masing-masing mereka.
Nah itulah yang kemudian membuat harga kemudian menjadi naik dan barangnya atau berasnya jadi seperti langka. Ya karena memang terjadi defisit dari sisi produksi kita. Nah, mungkin saya harus jelaskan juga, kenapa kok terjadi begitu? Itu karena berbagai macam hal dari sisi produksi, tapi yang sangat dominan menurut saya adalah karena musim kering yang panjang.
Artinya cuaca tidak lagi bisa diprediksi?
Biasanya musim hujan itu lazimnya di Indonesia mulai bulan September, Oktober sudah mulai musim hujan. Tapi tahun ini hujan itu baru ada di akhir Desember, awal Januari. Jadi mundur hampir dua bulan, sehingga petani padi nggak bisa menanam kalau tidak ada hujan, mereka membutuhkan hujan.
Jadi mereka mulai menanam di awal Januari dan mudah-mudahan bulan Maret ini kita mulai panen ya, dan sudah mulai terlihat sekarang produksi ada datang dari berbagai daerah.
Kalau impor beras bagaimana, apakah Bulog tetap memberlakukan kebijakan ini?
Ya karena kita memang defisit ya, maka harus ditutupi, harus dipenuhi kan? Jadi ya, mau tidak mau Bulog kemudian melaksanakan tugas pemerintah untuk memperkuat stok, tujuannya adalah memperkuat stok. Kita melakukan importasi, jadi sampai dengan bulan Februari kita sudah melakukan tugas itu.
Dan ini kemudian langsung terbagi karena seperti tahun lalu, tahun ini dimulai lagi kita melakukan kegiatan bantuan pangan yang jumlahnya 220.000 ton. Kalau pakai istilah ilmiahnya, mereka adalah quantile paling rendah. Ini menyasar kelompok masyarakat yang paling membutuhkan. Mereka dibagi 10 kilogram beras per keluarga per bulan secara gratis.
Jadi dengan demikian, paling nggak kelompok masyarakat ini tidak harus panik gitu kalau ada beras yang langka atau harga naik, dia paling nggak sudah punya nih, sebagian. Walaupun mungkin nggak semua ya, nggak bisa memenuhi. Ada yang bisa, ada yang nggak tapi sebagian sudah ada sehingga mereka lebih tenang.
Karena kelompok masyarakat ini yang saya katakan tadi, adalah yang paling resah kalau harga naik. Nah, untuk yang di atas kelompok masyarakat di atasnya, itu Bulog menjual beras, namanya beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Ini beras yang kita jaga harganya tetap murah, tidak naik.
Yang SPHP sampai dengan hari ini kita sudah menyalurkan sekitar 380.000 ton. Jadi ini yang mengisi pada tempat-tempat yang kosong, mengisi ke retail modern, ke pasar-pasar, itu kita isi dengan beras SPHP tadi yang kita jaga murah sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah.
Lantas, kenapa harga beras tetap naik dan di retail modern terjadi kelangkaan?
Pertama, kenapa kok harganya mahal? Tadi sudah saya katakan bahwa karena masalah iklim, panen yang mundur, maka yang sebenarnya paling duluan terjadi itu harga gabah di tingkat petani. Harga gabah di tingkat petani, sebelumnya referensinya kira-kira Rp5.000-Rp5.500, Rp5.200, di antara Rp5.000-Rp6.000. Dalam tiga bulan terakhir naik menjadi Rp8.000 ya.
Naiknya lumayan, itu tapi di tingkat petani ya. Nah kalau pakai, biar sederhana, rumus di ekonomi pertanian itu kalau gabahnya Rp6.000, atau Rp7.000 atau Rp8.000, harga berasnya gampangnya kali dua. Supaya nggak rumit ngitungnya, katakanlah kasarnya kali dua saja. Nah jadi kalau gabahnya Rp8.000, maka berasnya jadi Rp16.000. Pasti itu, mau diapa-apain juga susah, pasti tetap segitu harganya.
Nah, khusus untuk retail modern, saya justru melihat bahwa retail modern kita ini orang atau lembaga-lembaga atau organisasi yang takut sama peraturan. Mereka adalah orang yang berusaha patuh gitu. Ada ketentuan mengenai HET, Harga Eceran Tertinggi.
Harga eceran tertinggi itu adalah harga yang dijual di tingkat eceran. Harganya itu Rp14.000 atau tepatnya Rp13.900, jadi Rp14.000. Jadi pengecer sebenarnya tidak boleh jual beras di atas Rp14.000, tapi tadi yang gabahnya sudah jadi Rp8.000, berasnya Rp16.000, kan si pengrajin penggilingan padinya juga nggak bisa dong jual Rp14.000 kan, jadi dia jual Rp16.000, maka si retail modern nggak beli.
Dia nggak beli dari penggilingan, dia berhenti beli dari penggilingan karena kalau dia beli, masa dia jual rugi? Kan nggak mungkin. Tapi kalau dia jual di atas Rp14.000 dia kena peraturan. Jadi akhirnya ya sudah, mohon maaf kami tidak jualan beras hari ini, ibaratnya begitu.
Solusinya bagaimana?
Nah tentu ini harus diatasi, makanya Bulog diberi tugas SPHP tadi, yang nggak naik harganya tetap Rp13.000-Rp14.000 itu kita juga jual ke retail modern. Sebenarnya tidak, desain dari SPHP tidak untuk retail modern sebenarnya, ya. Jadi kalau dulu dalam keadaan normal, ya nggak ada SPHP di retail modern gitu.
Tapi karena kondisinya ini tidak normal, karena masalah kelangkaan dan panen yang tertunda itu, ya sudah Bulog juga mengisi ke retail modern dan sampai dengan saat ini sudah hampir 11-12 ribu ton. Banyak banget loh itu, kita masukin ke retail modern gitu.
Hanya memang di retail modern itu ada peraturan mereka sendiri. Itu internal mereka, Bulog nggak bisa ikut campur. Jadi kalau Bulog jual, itu harus ke namanya distribution center. Distribution center itulah yang mengirim kepada outlet-outlet, ke masing-masing retail modern yang ada di permukiman, di mana-mana itu.
Jadi memang ada waktu jadinya. Dari Bulog ke distribution center, distribution center ke mereka. Dan memang juga karena Bulog SPHP-nya kalau dibandingkan dengan total market di Indonesia itu relatif sedikit. Begitu datang, habis, begitu datang habis, gitu.
Tag:
berita terbaru hari ini,berita hari ini,liputan6.com,liputan6.com news,berita liputan6.com,#liputan6.com,liputan6com,ngapain? | liputan6.com,ini yang terjadi... | liputan6.com,ashanty angkat bicara | liputan6.com,dihujat gak bisa masak | liputan6.com,3 periode? ini kata jokowi! | liputan6.com,liputan 6,liputan6,liputan,liputan 6 sctv,liputan 6 news,liputan6 news,liputan 6 live,catat! ini syaratnya jika warga ingin mudik lebaran | liputan6.com, Sabtu 11 Mei 2024